#CERPEN PENYESALAN

“TOLONG JIKA MEMANG INI ADALAH HAL YANG SALAH LUPAKAN SEMUA KATA-KATA KU TADI” KATAKU MENITIHKAN AIR MATA. “MAAFKAN AKU YU, BUKAN MAKSUDKU UNTUK MENYAKITIMU” JAWABNYA MULAI MENDEKAPKU PENUH KASIH SAYANG. “BARA SUDAHLAH, AKU MOHON SEKARANG LUPAKAN KATA-KATAKU TADI AKU SUDAH TAHU JAWABNYA” SAHUTKU MASIH DALAM DEKAPANNYA. “TOLONG LEPASKAN AKU BAR, AKU TAK APA-APA” TAMBAHKU MELEPASKAN DEKAPANNYA DAN MENYUNGGINGKAN SENYUMKU, TANDA AKU TAK APA-APA NAMUN TAK BISA DIPUNGKIRI HATI INI SAKIT SEKALI. LANGKAH KAKIKU BERJALAN MENINGGALKAN BARA DI TAMAN KOTA SEORANG DIRI. KUPERCEPAT LANGKAHKU, INGIN SEGERA KU LAMPIASKAN TANGISKU. TIBALAH AKU DISEBUAH HALTE BUS, YANG TAK JAUH DARI TAMAN KOTA, KU MENUNGGU DENGAN DITEMANI AIR MATA YANG TAK BISA KU TAHAN.  AKU MERASA SANGAT BODOH KARENA TERLALU BERANI MENYATAKAN PERASAANKU PADANYA. PADAHAL SEBELUMNYA AKU TAHU BARA TAK MENGANGGAPKU LEBIH DARI SEORANG SAHABAT. NAMUN AKU TAK BISA MEMBOHONGI PERASAANKU SENDIRI.  KU BIARKAN PERASAAN INI TUMBUH DAN BERKEMBANG BEGITU SAJA. SEHARUSNYA SAAT PERASAAN ITU TUMBUH, KU BUNUH SAJA WAKTU ITU. NAMUN RASA ITU TERLALU INDAH DAN TERLALU SAYANG UNTUK DIKUBUR.

TAK CUKUP LAMA AKU MENUNGGU SEBUAH BUS DATANG DENGAN KLAKSON YANG MEMBANGUNKAN KU DARI LAMUNAN. AKU NAIKI BUS DENGAN MELANGKAHKAN KAKI KANAN KU. SETELAH CELINGAK-CELINGUK MENCARI TEMPAT YANG KOSONG, MATAKU TERTUJU KE SEBUAH KURSI YANG TAK BERPENGHUNI. KU DEKATKAN TUBUH KE JENDELA BUS AGAR KU BISA MENIKMATI PERASAAN SAKIT INI DENGAN MELIHAT LENGANGNYA JALANAN SIANG ITU. 5 MENIT, 10 MENIT BERLALU AKHIRNYA SAMPAI DI DEPAN GAPURA YANG BERDIRI MEGAH. KU LEWATI RUMAH DEMI RUMAH, TANPA AIR MATA. MATA INI TELAH MAMPAT DARI HUJANAN AIR YANG KELUAR BEGITU DERAS. MATA SEMBAB DARI SISA-SISA TANGISKU TADI TERASA PEDIH.

SAMPAI DIRUMAH YANG TAK SEMEGAH RUMAH PARA KORUPTOR DI IBUKOTA, AKU MEMASUKI PERLAHAN TAPI PASTI. DIRI INI MEMBUKA PINTU, DAN SEGERA MENUJU KE RUANGAN PRIBADIKU. KU REBAHKAN TUBUH YANG INI DAN MENGINGAT KEJADIAN DI TAMAN TADI. MATA PERLAHAN TERASA BERAT, DAN AKHIRNYA AKU TERTIDUR PULAS.

SAAT AKU MEMBUKA MATA, KU MELIHAT FOTO KAMI BERDUA YANG TERPAMPANG JELAS DI DINDING KAMAR.  KENANGAN INDAH ITU SEKILAS MENGHAMPIRI OTAKKU. SEMPAT TERFIKIR APAKAH AKU BISA MENJALANI HIDUP TANPA CANDA TAWANYA. GUYONANNYA YANG BISA MEMBUAT LUKA DIHATI KERING. AKU TERSADAR SAAT PONSELKU BERDERING TERTANDA PANGGILAN MASUK DARI BARA. AKANKAH AKU SANGGUP MENDENGAR SUARANYA RENYAHNYA. MUNGKINKAH KU BISA BERBICARA TANPA HARUS MENGELUARKAN AIR MATA. AKU KUMPULKAN MENTALKU UNTUK BISA MENJAWAB DARI SEGALA PERTANYAAN YANG MUNGKIN AKAN MEMOJOKKANKU.

KU ANGKAT PONSELKU, KU TEMPELKAN KE DAUN TELINGAKU. AKU MENDENGAR SUARA YANG TIBA-TIBA MEMBUAT AIR MATA INI TERJATUH JUGA. “HALO, YU? KAMU TADI KENAPA LANGSUNG PERGI? AKU KAN BELUM SELESAI NGOMONGNYA” CEROCOSNYA YANG MEMBUAT AIR MATAKU SEMAKIN MEMBANJIRI PIPI INI. AKU TAK SANGGUP MENJAWAB SEMUA PERTANYAAN YANG DILONTARKANNYA. KU LEBIH MEMILIH MEMUTUSKAN TELEPONNYA.

“MAAFKAN AKU BARA, AKU TAK SIAP UNTUK BERBICARA DENGANMU SAAT INI” UCAPKU TERISAK DAN TELAH TENGGELAM DENGAN LAUTAN AIR MATA. MUNGKIN DIRIKU HARUS MEMBIASAKAN DIRI UNTUK TIDAK HIDUP DIBAWAH BAYANG-BAYANG BARA. SATU MINGGU BERLALU TANPA ADA HUBUNGAN DI ANTARA KAMI. AKU JUGA HARUS SIAP-SIAP MENGHINDAR DARI BARA JIKA GERAK-GERIKNYA MENDEKATIKU. YANG MANA DIA SATU UNIVERSITAS DENGANKU. MUNGKIN  IA SEDANG BERTANYA-TANYA DENGAN PERUBAHAN SIKAPKU PADANYA. AKU HANYA BELUM SIAP UNTUK BERTATAP MUKA DENGANNYA.

RASA RINDU INI MULAI HINGGAP DI HATI, NAMUN TAK TAHU BAGAIMANA MELUAPKANNYA. TIDAK MUNGKIN AKU MENEMUINYA, KARENA SAMA SAJA MEMBUATKU SEMAKIN MERASA BODOH. KENANGAN-KENANGAN BERSAMANYA MUNCUL SATU PERSATU, MEMBUATKU TAK BISA JAUH DARINYA. MEMBUATKU SEMAKIN RINDU DENGAN DIRINYA. KU INGAT BAGAIMANA DIA BISA MENEMPATKAN POSISINYA DI KEADAANKU SELAMA INI. PRIBADI YANG PINTAR, UNIK TAPI ITULAH CIRI KHASNYA YANG MEMBUAT DIRI INI NYAMAN BERADA DISAMPINGNYA.

SIANG YANG SANGAT MENDUKUNG PERASAANKU SAAT INI, MENDUNG. UDARA DINGIN MENYERUAK SEKETIKA ANGIN YANG BERHEMBUS MENYENTUH LEMBUT KULITKU. ANGIN SEPOI ITU JUGA MENYAPU DEDAUNAN YANG BERSERAKAN DI HALAMAN MUSEUM TUA DAN TERLIHAT MEGAH. MESKI BANYAK PEPOHONAN DAN TUANYA BANGUNAN MUSEUM TAK MENCIPTAKAN KESAN ANGKER BAGI PENGUNJUNGNYA MELAINKAN KESAN TEDUH DAN HANGAT. MUSEUM ITU MERUPAKAN TEMPAT KAMI PERTAMA BERTEMU DAN MENJADIKAN KAMI TEMAN DEKAT. KU TARIK NAFAS DALAM-DALAM, DAN MULAI MERASAKAN HARUMNYA TANAH BEKAS HUJAN SEMALAM. TANPA DISADARI ADA SEORANG YANG MENGAMATIKU DAN PERLAHAN MULAI MENDEKAT. IA MENARIK TANGANKU, MENGGENGGAMNYA ERAT. TANPA MELIHATNYA PUN AKU TAHU BAHWA DIALAH BARA. AKU TAK BERANI MENATAP MATANYA. “SUDAH KU DUGA, KAMU AKAN KESINI YU. KAMU PASTI MERINDUKAN TEMPAT INI BUKAN, TEMPAT PERTAMA KALI KITA BERTEMU” UCAP SI PEMILIK TANGAN TERSEBUT. AKU HANYA DIAM TAK MAMPU MENGELUARKAN SEPATAH KATAPUN. “AYU, TOLONGLAH KAMU JANGAN SEPERTI INI, JANGAN SIKSA PERASAANMU SENDIRI” UCAPNYA, TANGANNYA SEMAKIN ERAT MENGGENGGAM TANGANKU. AKU MASIH TERDIAM MEMBISU DAN PASRAH TANGANKU DIGENGGAMNYA ERAT. AKU SEMAKIN TAK BISA BERLAMA-LAMA DENGAN DIRINYA YANG AKU CINTA. “YA AKU MEMANG MERINDUKAN TEMPAT INI! TAPI BUKAN KARENA DI SINI TEMPAT PERTAMA KITA BERTEMU!” BENTAKKU DENGAN MATA BERKACA-KACA DAN KU  MENGHENTAKANKAN TANGANKU GUNA MELEPAS GENGGAMAN TANGANNYA. SEGERA KU BERLARI MENYEMBUNYIKAN AIR MATA INGIN YANG MENETES DARI TADI. “KAMU MUNAFIK YU, AKU TAHU KAMU SEDANG MEMBOHONGI PERASAANMU SENDIRI” UCAP BARA YANG MASIH BISA KU DENGAR WALAU TAK BEGITU JELAS. KU PACU LANGKAH INI AGAR CEPAT MENJAUH DARI KEBERADAANNYA. AKU MEMANG MUNAFIK, AKU PUN BELUM BISA MENGUBUR DALAM-DALAM PERASAAN YANG SEMAKIN LAMA MENYIKSA BATIN INI.

SETELAH SATU BULAN BERLALU, AKU JARANG SEKALI BERTEMU DENGAN BARA. HIDUP KINI HITAM PUTIH TANPA WARNA. TAK ADA LELUCON MENGGUGAH SELERA YANG KELUAR DARI MULUTNYA. TAK ADA LAGI KATA-KATA UNTUK MENYEMANGATIKU YANG TERLONTAR DARI BIBIRNYA. PENYESALAN TINGGALLAH PENYESALAN. AKU TERLALU GENGSI UNTUK MENGAKUI BAHWA AKU SANGAT MERINDUKANNYA. LANGKAH KAKIKU MENUNTUNKU MENYUSURI TAMAN KOTA MENGENANG KENANGAN MANIS KAMI BERDUA. TERASA LELAH KAKI INI BERHENTI DI SEBUAH BANGKU KOSONG. MATA INI TERTUJU PADA SEPASANG REMAJA SMA YANG SEDANG BERCANDA ENTAH SEPASANG KEKASIH ATAU BUKAN. SEKETIKA ITU JUGA AKU TERINGAT DENGAN CANDA TAWA KAMI BERDUA. JIKA WAKTU ITU AKU MAMPU MENAHAN PERASAAN INI MUNGKIN SEMUA INI TAK KAN TERJADI. DAN MUNGKIN KINI KAMI SEDANG MENGHABISKAN WAKTU BERSAMA DAN MENAHAN KENCING KARENA LUCONANNYA. KU RAIH KAMERA DI TAS DAN MEMBUKA FOTO DEMI FOTO KAMI BERDUA DULU. SEDANG ASYIK-ASYIKNYA MENGAMATI FOTO-FOTO KENANGAN DULU, SEORANG PEMUDA SEUMURAN ANAK SMA DATANG MENDEKATIKU. “PERMISI MBAK, NUMPANG NGAMEN YA” IZIN SEORANG PENGAMEN YANG TAK LAYAK DISEBUT PENGAMEN, IA TERLALU MODIS MENJADI SEORANG PENGAMEN. KU SUNGGINGKAN SENYUMANKU ISYARAT SETUJU. TANGAN LENTIKNYA LINCAH MEMAINKAN KUNCI GITAR, SENAR-SENAR DIPETIKNYA MENIMBULKAN ALUNAN MUSIK YANG INDAH  DITAMBAH SUARA YANG MERDU MEMBUATNYA SEMAKIN  SEMPURNA. USAI, KU BERIKAN SEJUMLAH UANG NAMUN IA MENOLAK, IA MALAH DUDUK DI SAMPINGKU. DIA HANYA MENATAP KOSONG KEDEPAN. AKU BINGUNG DENGAN APA YANG DILAKUKANNYA. SEPERTINYA PEMUDA ITU MENYADARI AKU SEDANG BINGUNG MEMPERHATIKANNYA. “APA KAMU PERNAH MENYAKITI ORANG?” AKU TERDIAM TERTUNDUK, LAGI DIA MEMBERIKU PERTANYAAN YANG TAK AKU MENGERTI. “APAKAH KAMU PERNAH MELAKUKAN HAL BODOH, DAN KAMU SEKARANG MENYESALINYA?” SEMAKIN AKU TAK MENGERTI DENGAN DIRINYA, BELUM SEMPAT AKU JAWAB DIA BERKATA LAGI. “MAAF, PIKIRKAN SEKALI LAGI SIKAPMU SELAMA INI APAKAH MEMBUAT ORANG YANG TANPA KAU SADARI MENYAYANGIMU SAKIT HATI?”  PERTANYAAN DEMI PERTANYAAN YANG TAK KU MENGERTI MENGHUJANI KU. DIA BANGUN DARI DUDUKNYA, MENINGGALKAN KU DENGAN PERTANYAAN YANG MENYESATKAN BATIN.