sepucuk undangan pernikahan





Sepasang mata menatapku penuh arti ketika nada-nada terlantun dari bibir pucatku.
Kaca yang membatasi pandanganmu bersinar saat pijaran lampu memantulkannya.
Senyuman simpul yang tertuju padaku tak membuatku luluh pada dirimu.
Sikapmu yang telah membuatku merasakan sakit dan terpuruk dalam luka.
Walau kau menyesalinya, walau berulang kali kau memohon maaf padaku.
Aku belum bisa memaafkan dirimu.
Karena goresan luka dalam dada ini belum sembuh benar.
Biarkan aku meninggalkan perasaan yang telah lama bersarang ini.
Jangan sekali-kali kau ungkit kembali.
Kau tak lagi sendiri, kau telah bersama dirinya untuk selamanya.
Kini tak pantas jika kita mengingat masa lalu kita kembali.
Karena sudah cukup aku merasakan kepedihan saat dirimu meninggalkanku dan kini bersanding dengan sahabatku sendiri.
Tanpa ada kata perpisahan kau menghilang ditelan bumi.
Dengan kabar yang mengejutkan kau tiba-tiba datang dengan membawa sepucuk undangan pernikahan.

Komentar